Selasa, 29 Oktober 2013

PERLAYA



Langit sorga yang selalu teduh oleh awan berwarna hijau muda, yang berfotosintesa dengan mentari warna jingga. Menyerap amarah dan kebencian untuk kemudian diolah menjadi hembusan udara kasih sayang, yang saban hari bertiup lembut mengusap wajah penghuninya. Namun setelah tujuh purnama, semua itu berubah. Lilith kembali ke sorga dengan lelah yang amat sangat. Jantung yang berfungsi sedikit kurang sempurna, paru-paru yang dikompresi, empedu yang tak mampu menyaring racun dan hati yang mengeras membatu. Untuk kemudian menyaksikan kedua induknya yang sama sekali tak bertegur sapa. Dewi Leto kehilangan sentuhan lembutnya, peka yang dulu selalu dimunculkan kini hanya segaris kelelahan yang tiap hari menyengat nuraninya. Dewa Theos yang lebih banyak termenung di depan telaga baptis dan tak mampu berbuat sesuatu ketika himpitan ekonomi mendera dengan liar. Batalion derita dengan persenjataan lengkap menyelinap tanpa suara. Mengambil posisi mengepung dengan senjata terkokang. Menikmati siksaan batin baru di dalam sorga, menatap DewaTheos yang tersungkur dan terluka ditikam kenyataan hidup yang berat. Tersingkir dari persaingan dan termenung oleh umur tua serta penyakit yang mengendap. Kenyataan itulah yang harus dihadapi Lilith, yang sudah merasa terbuang dan terlantarkan oleh penghuni alam sorga disana.
Dan setelah itu Lilith lebih suka terbang mengasingkan diri bersama teman-teman sependeritaan. Karena dia sendiri bingung dengan apa yang harus dilakukan. Terbang dengan sayap biru mungilnya, menjelajah luasnya sudut dunia, mencari tempat yang dirasa mampu mengobati kekecewaannya. Rasa kecewa dan ketakutan akibat tidak diperhatikan. Tidak pernah didengar semua keluhannya, tidak pernah dipuja dan dipuji sebagaimana layaknya putri seorang dewa perkasa dan dewi rupawan.
“Lilith, kemarin siang ketika aku terbang, kutemukan tempat yang menyenangkan. Rada-rada berbahaya sih, tapi tempatnya menyenangkan sekali. Ada banyak makhluk aneh yang nampaknya menyenangkan jika kita dapat mengenalinya. Pokoknya kita harus kesana lagi. Kamu mau gak temani aku? Nanti aku kenalkan pada semua penghuni tempat itu, kamu bakalan betah tinggal disana. Ada banyak hal baru yang bisa kamu jadikan obat bagi semua duka yang sedang kamu rasakan sekarang.” Tinkerbell, sahabat Lilith memecah lamunan.
Tingkerbell, peri centil dengan sayap warna polkadot. Bukan bintik hitam putih, tapi merah jambu dan ungu. Tubuh mungil dengan kekuatan bicara seperti lokomotif uap. Yang selalu meraung dengan suara derit logam friksi dan menyiksa telinga ketika bercerita. Padahal cerita yang diutarakan tidak sehebat kenyataannya. Itulah yang membuat Lilith tidak tertarik pada ceritanya kali ini. Seperti cerita yang sudah-sudah, cerita tentang pangeran tampan di tengah hutan, tentang naga berkepala dua, juga penyihir hitam yang jahat. Yang punya hobi memberikan apel beracun bagi setiap pengelana yang kelaparan dan tersesat di tengah hutan. Seperti juga Hawa yang menawarkan buah terlarang pada Adam. Hingga mereka terusir dari sorga dan mengembara di dunia.”Ah, paling-paling juga kamu bakalan bawa aku ketempat yang seperti dulu lagi. Sebuah tempat yang dipenuhi oleh keramaian. Yang dipenuhi oleh orang-orang yang tidak mengenal satu sama lain, membuat perasaan makin terasing dan aneh. Sementara kau menikmati suasana dengan sepenuh hati, sedangkan aku terjebak sendirian di tengah keramaian. Merasa sepi di tengah keramaian.” Kata Lilith, sengaja dibuat intonasi yang berkesan tidak merespon.
“sumpah Lilith, tempat ini beda banget dengan yang sudah kita datangi sebelumnya. Memang ada keramaian, memang banyak orang-orang, tapi tidak seperti yang pernah kau rasakan sebelumnya.” Justru makin garang meyakinkan, memegang erat dua lengan Lilith.
Lama _kelamaan Lilith merasa penasaran juga. Dan akhirnya Tinkrbell bertanya pada Lilith. “Kamu mau tau dimana tempat yang akan kita singgahi?”
 “Iya,” jawab Lilith jual mahal.
Neraka! Tapi bukan nerakanya loh.
 “Lilith terbingung diam, menimbang galau.
“Baiklah, ajak aku kesana. Tapi awas jika yang kau ceritakan padaku tidak sesuai seperti apa yang kau katakana tadi. Cukup kau saja yang bermasturbasi secara pribadi tanpa harus kau bawa serta, aku harus percaya tentang tempat yang kau janjikan padaku. Cukup sekali ini saja aku percaya pada semua dongengmu.”Lilith bicara dengan serius menatap mata tinkerbell yang penuh pengharapan.”
Akhirnya mereka berdua terbang bersama menembus angkasa kelam yang luasnya tak terkira oleh waktu dan batasan,  Mencari halaman neraka. Mereka melewati rangkaian awan yang keras terpaku karena angin enggan bertiup. Meniti bintang-bintang yang berserak tak beraturan, menciptakan jejak semburat cahaya keperakan di langit malam. Terbang meliuk lalu menukik tajam, menuju titik api dikejauhan. Titik api kecil yang kadang sinarnya melemah tertiup angin sarat debu dan partikel radiasi. Suasana temaram hutan heterogen. Hutan rapat yang terhimpit oleh dominasi kaki beton yang angkuh. Mengepung rapat pengap semua sumber kehidupan. Sebuah halaman yang hangat oleh uap api neraka, yang kadang terlihat jelas semburan uapnya jika kebetulan cuaca sedang cerah. Dengan suara-suara yang menyeramkan, derita siksaan dan ratapan pngampunan silih berganti teriakan rancu.
“Siapakah yang mau hidup di tempat seperti ini?” Tempat yang menyeramkan yang dipenuhi arwah penasaran. Derita yang memendar setiap saat. Ketakutan yang merayap cepat dengan kuku yang tajam. Mengorek ruang kesadaran dengan paksa, tetesan darah dimana-mana. Potongan tubuh berserak dimana-mana, tangan yang terpotong, kepala yang terbelah, biji mata yang terinjak. Aura yang tertangkap hanyalah aroma derita tanpa kesudahan.
“Halo perkenalkan semuanya, ini temanku Lilith. Putri dari Dewa Theos dan Dewi Leto. Dia datang dari sorga ke-tujuh, dia datang bersamaku untuk berkenalan dengan kalian semua!” Bersemangat sekali, seolah sedang mengantarkan paket makanan junkfood bagi makhluk yang sedang dilanda bencana rawan pangan dan busung lapar.
Tak ada sahutan apa-apa. Hanya berbagai bentuk kepala yang tidak jelas Nampak celingukan menatap satu sama lain, kepala yang menatap penuh keraguan.
“Halo semuanya! Nama saya Lilith. Saya teman dari tinkerbell, saya diajak datang kemari, katanya tempat ini sangat menarik untuk dikunjungi.” Bicara dengan harapan dapat membuka gerbang kebuntuan komunikasi.
“Untuk apa kalian repot-repot datang kemari? Tempat kalian yang tepat bukanlah disini. Kalian adalah makhluk-makhluk sempurna yang tidak pantas menginjakkan kaki kemari. Ke tempat yang nyaris hina dan penuh derita. Lebih baik kalian kembali dan tak perlu lagi mengingat tempat ini.” Sebuah sosok perlahan berdiri sambil berbicara. Suara yang tebal dengan intonasi kesinisan.
“Siapa dia? Sepertinya dia tidak terlalu suka dengan kedatangan kita.” Bisik Lilith pada Tinkerbell. Sementara mata Lilith yang berkaca minus mencoba meraba sosok yang masih belum jelas bentuk dan rupanya, karena cahaya bulan tertutup awan.
“Dia adalah pria yang menjaga tempat ini. Salah seorang penjaga neraka.” Kata tinkerbell.
“Eh_ maafkan kami wahai penjaga pintu neraka. Kami sedang tersesat dan mencoba mencari jalan keluar dari tempat ini”. Tinkerbell tergagap mencari alasan yang tidak penting.
“Bohong! Temanku ini bohong! Sebenarnya, kami sengaja datang ingin berkenalan dengan kalian semua. Para penjaga pintu nneraka.” Lilith teriak.
Lalu angin bertiup menyibak awan yang menutup purnama. Terang tiba perlahan, kutatap sosok yang mulai jelas terlihat. Postur tinggi ceking dengan otot yang mengering. Ekspresi tak bersahabat dan tatapan sinis.
“ Kau punya hati yang tulus. Dan kau punya keberanian yang sangat besar. Jika memang maksudnya seperti itu kami persilahkan kalian berdua untuk mengenal kami. Tapi perlu kalian sadari bahwa kami tak mempunyai apa-apa untuk dibangkangan. Kami hanya sekumpulan makhluk penjaga neraka, yang mengabdi pada setan. Yang setiap hari harus berhadapan dengan derita dan kesakitan yang diakibatkan oleh murka tuhan.” Tatapan matanya tidak berubah, nada bicaranya juga masih sinis.
“Terima kasih, sejujurnya aku tertarik datang kesini setelah mendengar cerita dari temanku yang satu ini. Bahwa dibalik derita dan semua kesakitan yang kalian rasakan, kalian malah menemuakan sebuah keterkaitan yang kuat diantara kalian. Menjalin sengsara menjadi tambang yang kokoh yang akan dipakai untuk menarik kebahagiaan yang sekarang masih terbenam dibawah jurang yang dalam. Dan saya pribadi mempunyai kesamaan perasaan pada hal itu.”
 Jujur saja Lilith merasa terintimidasi dengan cara memandangnya, cepat dia ulurkan tangan kanannya.
 “Lilith.”
“Kobal.” Jemarinya menyambut hangat.
Lalu malam pekat berubah menjadi pagi yang cerah. Hari berganti minggu, purnama yang muncul beberapa kali memperkosa langit malam yang syahdu. Dan Lilith masih disana, di halaman neraka. Saling bercerita apa saja, tentang derita yang terpaksa ditertawakan. Sorga yang didamba adalah sorga yang perlahan menjauh tersimpuh malu.
“Seperti apa kau memandang hidup ini?” Pada suatu sore yang mendung dengan sisa angin kemarau yang mengepakkan sayap biru mungil. Ketika pada suatu kesempatan untuk bicara pada kobal, di halaman neraka yang masih sepi oleh penghuni.
“aku hanyalah penonton pasif dari hidup yang nihil ini. Sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi pada hidup ini. Yang terjebak dalam kerumunan dan antrian tiket sebuah gedung pertunjukan teater kolosal. Aku terseret dan terbawa oleh mereka menuju gedung pertunjukan. Setelah dengan kasar dan penuh ancaman para calo tiket itu memaksa aku membeli tiket diatas harga rata-rata. Akhirnya aku terjebak dalam dimensi ini, gedung teater megah dan eksklusif dengan sistem pendingin ruangan dan tata suara mutakhir. Terjebak duduk diam dalam kursi merah empuk berlapis beludru.”
“Sebenarnya apa kau sendiri memang menginginkan masuk dalam gedung teater itu? Menyaksikan lakon apa yang akan dimainkan?” Lilith memotong ceritanya.
Kobal lanjut menjawab, “Tidak. Aku sama sekali tidak berminat menonton cerita teater itu. Aku sudah pernah baca sinopsisnya dari majalah yang kupinjam dari temanku. Tampaknya akan sangat membosankan. Aku bahkan sama sekali tidak pernah mengambil jatah tiket gratis yang telah disediakan.”
“Lalu lakon seperti apa yang akhirnya kau tonton?”
“Sebuah peperangan besar. Pertempuran sengit antara dua kerajaan, kerajaan tuhan melawan kerajaan setan. Keduanya saling menyerang dengan senjata masing-masing. Dengan pasukan yang sama-sama berani mati membela kehormatan rajanya masing-masinng. Pertempuran paling mengerikan yang penah aku lihat sepanjang hayat nafasku. Keduanya merasa paling benar sehingga bagi mereka nyawa hanyalah selembar kertas yang menempel di leher dan dapat disobek oleh pedang dengan sangat mudah.
Lilith semakin tertarik, dia terus bertanya. “ Lalu kau hanya diam saja selama pertunjukan berlangsung? Menikmati sekantong popcorn dan segelas soda besar tentunya?
“Yah, saya hanya bisa bersorak dan mengomentari dari kejauhan. Betepuk tangan meneriakkan kata pujian jika para lakon itu melakuakan gerakan-gerakan akrobatik. Atau malah melempar butiran popcorn jika si lakon lupa dialognya. Hah_
“Kau nonton hingga selesai? Seperti apa sih endingnya? Siapa yang menang?” Lilith nyerocos penasaran.
“Tidak. Endingnya aku belum tahu. Karena lakonnya masih dimainkan hingga saat ini. Aku dan kamu masih menyaksikannya. Semua masih bergerak, semua masih berubah, semua masih dirubah, namun sebenarnya tidak ada yang berubah. Dunia semacam ini, yang dilemparkan pada ilusi perubahan dan perkembangan masih menyelesaikan semua kemungkinan revolusi. Kamu bisa lihat produktifitasnya yang berkembang tidak mengarah pada perubahan struktural dalam bentuk apapun. Semuanya membosankan hingga saat nafas yang baru saja kita hembuskan pada udara terbuka ini.”
Aku adalah pantai yang menanti ombak diam menggeletak pasrah. Menanti riak menjadi ombak yang datang menjamah mengetengahkan hikayat baru dari ujung samudera lepas. Menyambutnya dengan bulir pasir lembut yang hangat dan empuk. Kusuguhkan padamu semburat sunset yang syahdu. Dalam peraduan cakrawala menjelang gelap. Aku menyambutmu bersama dekapan mantel berhiaskan gemerlap gugusan. Gemintang agar kau kau tidak kedinginan dan merasa sepi ketika menyambut pagi di akhir malam. Memelukmu khusyu’ dalam hampa. Diantara sengakarut tajam karang, kita berbagi celah sempit untuk sekedar menyimpan sedikit harapan tentang hari depan. Bersama kita nikmati langit orgasme pada mimpi utopia tentang kenyataan.  
Rasa sayang itu muncul secara misterius dari tumpukan kesedihan dan duka yang mendalam. Tak sengaja Lilith mengaisnya ketika mengubur semua dalam tanah pekuburan yang dipenuhi sesak oleh wangi kamboja di musim meranggas. Kobal muncul tiba-tiba memeluk dari belakang dengan bentuk yang berbeda. Seperti teman lama yang membawakan gambar-gambar penuh warna-warni. Keceriaan yag sedari dulu pergi jauh bersama angin, kini kembali muncul. Muncul dalam rupa dan bentuk yang lebih mengharukan, pada wujud yang menggetarkan semua kesadaranku. Pada tubuh yang tercipta dari debu dan tanah.
“Akhirnya kami menjadi sepasang kekasih. Setelah sungguh-sungguh kau nyatakan rasa ketertarikanmu pada ku. Kau si penjaga neraka yang sinis, dan aku tahu bahwa kamu sangat bersungguh-sungguh dengan semua ucapanmu. Walau pun tanpa kutipan puisi, dan narasi panjang para penyair sufi, tanpa rangkaian bunga, coklat berbentuk hati, kartu ucapan berwarna merah jambu, atau makan malam romantis dengan nyala lilin dan anggur berkelas di atas kabut yang kaya oleh semilir kabut tipis. Kau hanya hantarkan padaku selarik cahaya siang yang mendadak lembut menyapu ruangan, dan aku mau menerima apa adanya. Tentu saja, setelah kau ternyata mampu bertahan dengan semua duka yang berjajar kolosal di depan kita. Kau yang selalu rela memberikan tangan terjulur padaku, menggenggam pundak-ku, lalu kata-kata sederahana itu terucap, dengan tatapan misteriusmu. Yang sanggup membuatku tertunduk tersipu dengan tatapan nanar.” Rangkaian gejolak Lilith.
“Maukah kamu menjadi kekasihku? Menjadi bagian dari setengah hidupku?”
“Apakah aku layak untukmu?” Kobal bertanya dengan tatapan penuh pengharapan.
“Sanggupkah kamu menghadapi aku?” pertanyaan kobal dijawab dengan pertanyaan Lilith. “Datang ketempatku, mengenalkan diri sebagai penjaga neraka pada orang tuaku yang tak lagi bertegur sapa. Sanggupkah kau menerima dan menemaniku menghadapi hari-hari penuh keidakjelasan?”
Kobal menjawab semua pertanyaan Lilith, “seperti apapun kondisimu saat ini, seburuk apapun tuhan menciptakan adzab, sehina apapun kita dimata-NYA, aku tetap akan menjadi nafas yang kau hisap hingga kita tersenggal bersama di ujung umur kita. Menjadi darah hitam yang mengotori seluruh pembuluh arterimu.”
“Dan jika kau layak untukku, jika kau mencari rusukmu yang hilang direnggut tuhan. Maka milikilah aku sepenuhnya, aku tak mau kehilanganmu.”
Sebelumnya muka mereka belum pernah berjumpa seintim ini. Masing-masing mata melekat menatap. Nafas mereka saling memantul melalui wajah masing-masing.
“Ketika ku biarkan tanganku kau raih dan diperkenalkan pada pokokmu yang tegang menantang. Berwarna lembayung dengan urat-urat membelit kokoh, dengan yakin kutantang pantangan. Kuelus takjub penuh deburan rasa tak menentu. Kubiarkan tanganmu membawaku menuju dunia kepolosan. Menjelajahi setiap petak bagian sprei putih polos dengan tubuh yang sama-sama telanjang. Kubiarkan jemarimu menari menjelajahi payudaraku yang ranum menggantung. Kubiarkan kau yang angkuh dengan sengaja menantang kutukan. Kubiarkan mulutmu yang lapar melahap buah dada matang yang ranum menggantung. Mulutmu yang kerontang menghisap pentil jingga yang membusung kaku. Aku yang tersenggal geli dan nikmat. Nikmat dan berasa menggetarkan seisi ruh dan kesadaran. Kita yang dengan sengaja telah menertawakan azab. Bersama para malaikat birahi menata gerak tarian makrifat, gerakan kudus mengolah raga membentuk jiwa-jiwa yang akan dilepas bebas. Menjadikan kita sebagai angin dan lautan yang saling berjumpa dalam balutan rindu. Memperanakan gelombang yang berdebur membuncah menjadi buih berkejaran di ujung pantai. Setiap gerak nafas kita menghirup dan menghembuskan aromanya. Membiarkan serpihan jiwa kita bebas merancak mengikuti setiap naluri untuk saling member nikmat. Bersama naluri yang menuntut kita menuju pelepasan jiwa sejati menuju sifat penyatuan.” Lilith sambil mengerang penuh kenikmatan.
Kepala yang bersandar di perut mulai berguling turun. Dengan bibir yang mengecup lembut, dan lidah yang sesekali terjulur menjilat sisi perut. Menjalar ke bawah hingga batang pokok dikulumnya, digigit lembut seperti memperlakukan segumpal es krim cone. Bahasa tubuh dan perasaan yang kembali saling bicara tanpa Viagra dan tanpa iklan jamu kuat murahan yang hanya mmposisikan perempuan sebagai hewan buruan yang harus ditaklukkan oleh penis yang tergantung lusuh di selangkangan.
“Beri aku….” Dengan cepat bibir kobal membekap bibir Lilith dengan satu ciuman rakus. Menggigit lidah bertukar liur. Mengulum telinga kirinya, lidahnya menjelajahi setiap sulur-sulur telingaku. Menggigit pentil susu kanan dan kiri Lilith dengan sangat lapar dan haus.
Dengan kesadaran penuh mereka selalu membangkang dan memberikan selangkangan mereka pada setiap khotbah. Orang kerap menyebutnya sebagai perbuatan asusila, tindakan amoral dan hanya pantas dilakukan oleh binatang. Dan diam-diam tanpa sadar mereka mengadopsi gaya binatang ketika mereka sedang bercinta. Gaya anjing, kuda, ataupun ikan mujair.
Kobal mengerang, sambil membumbungkan fantasinya.
“kau duduk di atas tubuhku, menghimpit rapat, menjepit erat. Aku mengerang tertahan ketika kau tuntun batang pokok ku memasuki gerbang nikmat yang becek oleh rembesan embun dari buah yang matang merekah merah oleh birahi. Meneggelamkan semua pusat saraf dalam hisapan-hisapan saluran uterus yang elastic dan bersulur lembut. Pinggulmu naik turun dengan irama gelora konstan. Basah seperti rumput di pagi hari oleh embun murni. Meneggelamkan mentari kesadaran ke dalam awing-awang penuh oleh bintang berkelap kelip. Sementara kau terpejam syahdu dengan ekspresi nikmat yang berkecamuk. Dengus nafasmu mengatakan seolah aku ini adalah hidangan utama yang harus kau habiskan tuntas. Gerakan pinggulmu naik turun demikian juga dengan payudaramu yang mengkilap oleh keringat. Pentilmu yang membusung keras, naik melayang lalu tumpah tanpa terserak. Ku usap lembut dua pipimu yang merona. Kutatap dalam bola mata Kristal itu.dan di wajahmu ku lihat ada seribu untaian matahari bangkit. Seperti nikmat yang kurasa. Nikmat yang disimbolkan oleh bahasa tubuh dan kata-kata tanpa makna. Bunyi tubuh yang bergesek dengan sprei dan kasur, suara kelamin yang berjumpa dan bercakap basah penuh rindu. Suara nafas yang tertarik dan terbuang tak beraturan, symbol nada kenikmatan. Lalu pusat pinggulmu bergerak makin cepat. Kau benamkan sepenuhnya dan berputar perlahan namun mencengkram erat. Searah jarum jam maupun kadang berlawanan. Aku ternganga dengan dada tersengal. Nafas tercekat nikmat, lalu badanmu berderak lumpuh telungkup rubuh dengan tiba-tiba. Begitu juga aku yang kehabisan nafas dengan kondisi yang terkuras. Dan seketika itu suasana menjadi hening.”
Lambat laun, adegan persenggamaan mendebarkan tanpa lateks pengaman itu berulang beberapa kali. hingga akhirnya perut Lilith berubah bentuk menjadi besar dan dinamakan kehamilan.
“Cawanku berisi kenistaan. Siklusku terlambat satu minggu. Aku hamil.” Lilith berkata sambil mata berkaca.
“Kita catatkan saja kelamin kita. Segera menghadap altar Dewa azazel dan mengharap dia akan memberikan restu pada kita. Pada dua orang pendosa yang sudah menghianati kepercayaan tuhan.” Kobal menjawab, dengan mengelus rambut Lilith.
“ini aib.. ini aib, ini dusta, kenapa kau ajari aku tentang pembangkangan ini?  Segampang itu jawabanmu? Minta restu lalu memasang barcode pada kelamin kita? Akan kau bawa kemana aku ini? Aku yang akan terusir dari sorga bersama seorang abdi setan sepertimu. Akan kau tamping dimana semua mimpi dan harapanku. Harapan tentang rumah mungil di atas bukit teduh dengan padang rumput luas. Apa yang bisa ku harapkan darimu, abdi setan tanpa masa depan?”
Dengan mata yang berlinang dan suara tertahan-tahan oleh cegukan. Lilith melanjutkan, “Ada banyak kepentingan yang memang harus kita utamakan. Karena memang itu jadi taruhan hidup kita di dunia ini. Menyangkut hidup kita  dan rencana-rencana kita di masa depan. Tentang harga diri, tentang nama baik dan kenyataan baik yang harus kita pertaruhkan di hadapan koloni, yang akan menagkap kita, memukuli kita hingga sekarat lalu mengarak kita keliling kampung dalam keadaan telanjang bulat. Koloni yang yang akan menghakimi dan mengeksekusi kita di panggung penggantungan, atas nama moralitas.”
Lalu kobal memeluk Lilith, membiarkan dadanya dibasahi air mat. Membiarkan lengan atasnya diremas keras. Air mata yang mengalir menjadi jeram-jeram putus asa. Riak-riaknya berlloncatan berwarna keperakan.
Bersama gelap,Puja hampa
Pada kosong, berdiri tegap tanpa rasa
Harap perlaya!
Setelah itu Lilith tertidur, hingga bermimpi aneh. Melihat Kobal mengasah pedang panjang yang tajam. Memenggil Lilith dan menyuruhnya berbaring di atas tanah tandus. Dan tanpa banyak kata, Kobal menempelkan pisau di lehernya. Menggerakkan ke depan dan ke- belakang, hingga suara otot leher dan urat yang terpotong. Suara nafas dari leher yang tergorok dan semburan darah dari arteri utama. Lilith berkelojotan sekarat, bergerak tak beraturan sebagai reaksi reflex motorik ketika nyawa nyawa harus pisah dengan raga. Dan setelah itu Lilith tak pernah lagi membuka matanya pada kehidupan. Lilith meninggalkan dunia tanpa disadarinya.
Kucampak sisa pada nyawa
Kuraih gelap
Tanpa ada kata suci
Pengantar mati
Adi gembel 666

Selasa, 24 September 2013

kata Pendidikan sering dihubungkan dengan Etika atau Moral
seolah2 orang yang berpendidikan itu beretika dan bermoral baik,.. sementara yang tidak berpendidikan seolah2 tidak bermoral.. meskipuun pendapat ini Tidak selalu benar,.. buktinya Maliing2 Negara berpendidikan semua..
Yang ingin saya tau adalah apa hubunganya Intelektual dengan Moral..?

kapitalizm system_
kita telah ditipu untuk mempercayai bahwa tanpa sistem ini kita tidak akan selamat dalam siklus hidup (unsurvive). tapi kenyataanya sistem ini tidak akan selamat tanpa dukungan kita, sama seperti sarang lebah yang membutuhkan para lebah jantan.
ini propaganda zionis fremason_ kita dipaksa bergantung padanya !
bergantung kemudian dipancung, atau memancung dan mendukung program mereka. produk2 yang mreka produksi, hasilnya hanya dipakai untuk memperkaya diri mereka pribadi dan penghancuran terhadap dunia. lihat saja starbucs, coca cola, nike, mc donald, dll. mereka adalah penyumbang dana terbesar zionis israel untuk penghancuran palestina, dan kita secara implisit telah memberikan dukungan terhadap zionis untuk kehancuran palestina.
apa benar kita zionis?
apa benar kita kapitalis?

Jumat, 20 September 2013

BLASPHEMY #13

Sebut saja ini sebuah penghujatan jika sebuah definisi dibutuhkan untuk meraba sebuah bentuk. pasung saja esensi jika hanya asumsi dari sebuah dominasi yang harus memegang tropi. Sebuah tropi imitasi dari pabrik yang sama sekali minim reputasi. Kini kalian semua ada pada titik poros genangan retorika menjijikan keadaan tersebut, dimana integritas hanya istilah semu pada eksistensinya. Tolak ukur benar dan salah disini hanya berdasar pada berapa prosentase perolehan suara, sebuah dominasi yang harus menjadi diktator kelas teri untuk kalian semua.
Kenapa harus sarkas sampai melabel semua ini system diktator? Hah_ bahkan jika ada istilah yang lebih dari itu mungkin aku sendiri akan memakainya. Kemana akal logis kalian semua yang jadi autis untuk meraba apa yang tersaji ini. Prestasi, bantuan administrasi, ataupun yang lain sebenarnya bisa kalian nikmati dengan apa yang tersaji dari diri kalian sendiri, bukan harus dari dominasi. Pertanyaannya? Kenapa prestasi atau respect akademisi hanya bisa dinikmati ketika seseorang dari kita harus masuk pada dominasi? Benar dan salah seakan jadi produk. Bicara tentang produk berarti bicara focus pada profit atau laba. Hah_ benar dan salah hanya dicipta sebagai lahan kekuasaan, periuk nasi perorangan dan memarjinalkan pihak-pihak yang bersebrangan. Istilah musuh dan sekutu diciptakan untuk sebuah primordial legal.
Budaya dominasi yang eksist di kampung akademisi ini bisa dikatakan profane atau menjijikan, dan telah mencapai stadium akut. Bagi kalian yang faham rangkaian huruf ini, purifikasi semua bentuk itu dan mulailah jadi diri kalian sendiri. Bukan harus jadi pecundang atau lost boys yang mengais harapan serta asa pada sebuah dominasi yang esensinya hanya menghacurkan otoritas diri kalian sendiri. Prestasi serta segalanya bisa kalian nikmati tanpa harus menjadi bagian dari dominasi menjijikan yang dikemas eksklusif tersebut. Jangan lagi melingkar pada budaya dominasi, maka, do it your self and nothing intervention!! Fuck your manifesto_

Minggu, 30 Juni 2013

AKAR BALA


#SELONTAR MUKADIMAH#

Sebut saja ini adalah sebuah novel, jika memang sebuah definisi masih diperlukan untuk meraba sebuah bentuk. Jika realitas pada akhirnya menjadi sebuah reprensentasi, maka novel ini sama sekali tidak mampu mewakilinya. Karena lagi-lagi semuanya harus dibatasi oleh keterbatasan jumlah huruf dan lembar halaman imajinasi kalian.
Untuk rangkaian puncak yang masih setia berdiri dihempas badai dan kabut hingga hari ini saya masih selalu terpana dengan sensasi dramatisir yang kalian hantarkan melalui perasaan, untuk setiap gelora perjumpaan venus dan mars yang masih sanggup meregenerasi hari yang kalian simbolkan lewat sunset dan sunrise, aroma mistik khusyu’ pada setiap pantai dan puncak-puncak gelombang hingga setiap hembusan nafas yang saya keluarkan berubah menjadi berjuta ide yang bergulung untuk dirangkai kembali. Untuk kesederhanaan hutan rimba alam raya tempat saya bermain, berkeluh kesah dan berpasrah diri; kupu-kupu dan wangi humus, anggrek hutan dan tetes embun. Pada akhir-nya semua memang sedang dan masih berlaku hingga hari ini.
Selayaknya sebuah janji yang pasti maka secara personal akhirnya saya harus berucap terimakasih pada banyak pihak yang tidak mungkin saya tuliskan satu persatu. Menemani hari saya dengan darah, keringat, air mata, harapan dan tangan terkepal ke angkasa. Semua mempunyai peran dan fungsi yang sama-sama telah sanggup merekonstruksi sebuah imajinasi menjadi rangkaian kalimat yang harus dimaknai. Kalian semua mengandung banyak arti untuk sisa umur saya. Untuk beberapa rangkaian yang sanggup mewakili imaji saya, hantaran nada yang mampu menjadi stimulan dan menggiring saya pada alam ketiadaan total. Hingga saya mampu merubah wujud dan mencipta aneka bentuk perasaan. Beberapa teman yang dengan rela berbagi cerita dan inspirasi tentang bagaimana kita seharusnya mensikapi sebuah tragedi. Hidup ternyata tragedi, karena kita memang sedang dipaksa untuk menjalaninya dengan sepenuh hati.
Ketika raut bulan tamapak kusam karena timur mulai membara oleh jingga. Hamparan aneka lampu dibawah sana sudah mulai dipadamkan satu persatu. Akhirnya saya harus segera pergi.


#AKAR - BALA#


Neraka sebuah tempat yang selalu diwanti-wanti oleh keluargaku untuk dijauhi. Muara dari segala dosa dan kekotoran yang diciptakan oleh pengaruh buruk raja setan. Tempat semua makhluk berdosa dibakar dan dibasuh oleh lahar panas agar semua dosa-dosa yang menempel ketat dapat luluh lantak. Tubuh telanjang yang tergantung dipanggang. Tubuh telanjang yang dipenuhi luka dan derita. Tapi definisi neraka tempo dulu, neraka tercipta dari murka setan yang penuh dendam setelah gagal melakukan pemberontakan di tanah kerajaan sorga. Bahwa tuhan pernah bernegosiasi dengan setan.
Kenapa kau tak menyembah makhluk yang baru saja kuciptakan?” Tuhan bertanya pada setan yang nampak tak bergeming, setelah kalah telak dalam peperangan hebat selama 700 tahun. Perang memperebutkan mahkota sebagai penguasa sorga. Tetap berdiri mengangkang, sementara semua malaikat dan makhluk penghuni sorga lainnya bersujud pada makhluk berwujud manusia.
Bukankah kau sendiri yang menyuruhku untuk tidak menyembah sesuatu selain dari kamu, tuhan penguasa jagat raya dan seisi dunia, zat penyebab dan tanpa sebab, dan sekarang aku kau suruh menyembah benda ciptaanmu sendiri, makhluk yang kau sebut manusia. Yang jelas secara penalaranku posisinya sangat jauh berbeda dengan posisimu. Kau pencipta dan dia ciptaanmu,” Setan dengan bentuk ular naga menunjuk Adam dengan ekornya yang berdiri sejajar disisi kiri tuhan.”
Bahawa kau ku-suruh untuk bersujud pada makhluk yang baru saja kuciptakan (manusia) karena dia bagian dari kekuasaanku, walaupun dia terbuat dari tanah liat yang kotor, dia adalah makhluk yang sempurna. Ku-ciptakan nafsu dan akal pada dirinya, beda dengan kalian semua yang hanya diberi nafsu saja, yang hanya diberi akal saja. Dialah bagian dari kuasaku untuk menciptakan sesuatu dan merealisasikan sebagai zat penyebab. Adam adalah masterpiece!” Tuhan mulai gerah, baru kali ini dia mendapat pernyataan bangkangan, matanya menatap semua penghuni sorga yang tercekat tegang kecuali setan.”
“ Aku kagum pada kuasamu, yang mampu menciptakan kehidupan dan mengatur kehidupan, dengan alasan itu pula maka aku menolak tunduk pada makhluk yang baru saja kau ciptakan. Aku hanya mencoba konsisten dengan apa yang sudah menjadi perintahmu, walaupun dia sempurna menurutmu, mempunyai akal dan nafsu, diberi akal sehat dan nurani. Namun tetap aku tidak akan bersujud selain padamu.” Masih dengan sikap berdiri menghadap tuhan, tetap konsisten dengan apa yang selama ini dia yakini. Atmospir mendadak berembun, titik-titik uap dari kabut menyebar, merayap perlahan gerah menggelayuti setiap sisi petak-petak sorga. Untuk pertama kalinya tuhan dibantah dalam forum diskusi yang pertama terjadi di sorga, kerajaan agung yang absolut dan konservatif.
“ Jika memang itu sudah jadi kehendakmu maka aku persilahkan engkau untuk pergi dari kerajaan-Ku. Menyingkirlah dari sorga yang suci ini, tempat ini tidak layak bagi pembangkang sepertimu.” Lalu langit sorga terbelah, pohon meranggas keriput.
“ Baiklah jika memang itu sudah jadi takdirku, tapi aku bersumpah dengan menyebut namamu. Tak akan sejengkal-pun aku akan kembali ke tempat penuh kemunafikan ini. Atas namamu pula, ijinkanlah aku untuk selalu menjadi teror menakutkan bagi makhluk sempurna yang baru kau ciptakan, Masterpiece-Mu. Dengan menyebut namamu pula, ijinkalah aku untuk menggiring mereka kedalam kerajaanku. Akan kulampiaskan dendamku padamu dengan menciptakan derita tanpa kesudahan, kesakitan abadi sepanjang yang aku inginkan.” Setan membalikan badannya dan melangkah ringan bersiul menjauhi pintu sorga.
“ Kerajaan? Apa maksudmu dengan kerajaan? Hanya ada satu kerajaan disini, kerajaan sorga milikku.” Tuhan bangkit dari singgasananya.”
Langkah setan terhenti sesaat. Tanpa menoleh setan berkata” kerajaan neraka, sebentar lagi selesai dibangun, hanya tinggal finishing disana sini saja. Nanti grand openingnya kau akan kuundang, sekalian gunting pita dan memijit tombol sirine, simbolisasi dari sakramen pencucian dosa umatmu yang tersesat dan berdosa. Tenang, tempatmu akan selalu terhormat untukku.” Melanjutkan langkah.”
“Tunggu dulu, jangan kau teruskan langkahmu.” Tangan tuhan menarik pundak setan, semacam tarikan kehawatiran.
“kenapa lagi?, Aku sudah membuatmu kecewa, jangan halangi langkahku!” membuka gerbang sorga yang tak pernah terkunci.
“ Jika memang kau punya dendam terhadapku, itulah hak-mu sebagai makhluk yang diberkati nafsu. Silahkan kau lampiaskan saja pada makhluk yang baru kuciptakan ini. Kau boleh menjalankan segala cara untuk menggiring masuk kedalam kerajaanmu, kau boleh memberikan siksa tiada akhir. Tapi tolong satu pintaku, ketika semua dendam-mu sudah terlampiaskan, kembalikan mereka ke pelukanku, mereka masterpiece-ku, bukti dari keberadaanku. “ Tuhan menatap lekat pundak setan yang tetap tidak menoleh sedikitpun, makhluk yang saat ini jadi rival utamanya, yang bersumpah atas namanya sendiri untuk menebar manifesto kegelapan yang akan digunakan untuk menyesatkan manusia, makhluk ciptaannya.
“ Baiklah sekarang lepaskan pundak-ku.” Setan-pun menjauh dengan jejak api dan luka yang ditinggalkan di belakangnya.
Namun setan berkhianat. Dia tidak benar-benar pergi meninggalkan sorga. Dia bersembunyi dan menyelinap diantara rapatnya pepohonan sorga. Menyaru bentuk menjadi ular belang, yang mengikuti kemanapun adam pergi melangkah. Hingga akhirnya setan menemukan tempat bersemayam dalam sebuah lubang hangat dan lembab, kemaluan milik hawa.
“ Ku-berikan dia vagina karena dia adalah flora yang selalu bergetah lembab. Flora karnivora yang tidak sungguh-sungguh memakan daging. Dengan aroma dan batang kelentit yang bergetar setiap kali tersentuh, dia pancing setiap gelintir makhluk berdaging untuk singgah, hingga tergelincir dan terperangkap aroma nikmat. Dihisap sari hidupnya hingga lemas kering, lalu bangkainya dimuntahkan kembali.” Satu hari Tuhan bersabda ketika hawa tercipta. Setelah kebingungan kehabisan bahan baku, lalu dengan paksa merenggut satu tulang rusuk adam.
Hingga akhirnya dosa pertama tercipta, ketika pokok batang kemaluan adam tergelincir dan dihisap lubang kemaluan hawa. Lubang selalu lapar dan haus mengharap pokok batang yang selalu tegak mencari lobang untuk ditetesi getah mani. Puluhan ular berdesis ketika adam menghela batang pokonya, di bawah pohon kehidupan yang rimbun dan teduh. Siang itu setan berpesta merayakan persenggamaan pertama adam di atas tanah sorga yang suci. Persenggamaan tanpa restu penguasa sorga. Hanya serangkaian nafas membadai dan tetes keringat di pagi hari buta, persenggamaan yang dipuja setan. Kerajaan setan dengan semua umatnya yang berdosa berpesta.
Neraka adalah bagian dari permainan tuhan. yang mempunyai hobi menciptakan hidup dan menghancurkan hidup, bagian dari rutinitas pekerjaannya. Lalu dengan gampang tinggal diberi label “takdir” dan kenyataan hidup. Mengampuni dan menghukum sampai mati, mencipta siksa neraka dan nikmat sorga.
Setelah itu tuhan memberikan adam dengan satu apresiasi akan persenggamaan yang dipuja setan itu dengan  memberikan tiket liburan ke bumi. Dan setan pun akhirnya menyanggupi janjinya pada tuhan untuk angkat kaki dari kerajaan sorga yang suci. Setan merasa puas dan bangga meski harus tinggal dad berdampingan dengan adam di dunia meski dalam dimensi yang beda.
Manifesto setan tak berhenti disana untuk perusakan tata hidup manusia. Saat adam dan hawa dipertemukan lagi oleh tuhan di jabal rahmah, dan menelurkan keturunan yang terdiri dari dua putri dan dua putra. Habil, qobil, iqlima dan labudah inilah nama yang disandang anak adam kala itu, dan harus jadi korban penghujatan setan selanjutnya.
Seperti layaknya adam dan hawa yang membutuhkan keturunan untuk kelangsungan hidup manusia. Maka mereka menikahkan para anaknya dengan sistem silang dari kelahirannya. Qobil dengan labudah, dan habil dengan iqlima. Disnilah setan meretorika keadaan yang ada, “ wahai habil, kamu dimunculkan dari lubang peranakan dengan bersamaan iqlimah, tapi kenapa adam ayahmu mengingkari takdir yang dicipta tuhan untukmu, iqlimah milikmu karena dia muncul bersamaan denganmu untuk menatap dunia, bukannya labudah”. Setan menyimpul tawa sambil mengusap janggutnya.
Merasa tak keberadaan keadilan untuknya, akhirnya qobil menyampaikan orasi setan untuk adam dengan amarah dan kebencian. “ Ini tak adil ayah, iqlimah berada dalam rahim ibu selalu bersamaku sampai dengan sembilan bulan, kenapa sekarang kau pisahkan aku dengannya?” Nafas terengah dengan sedikit kuda-kuda yang goyah. “iqlimah takdirku, untuk jadi pendampingku bukannya habil yang kau sandingkan pada iqlimah. “ Tangan mengepal dan sorot mata yang hampir keluar otot-otot kecil di dalamnya serta sedikit memerah.”
“Ini garis tuhan wahai anak-ku qobil.” Adam berucap dengan memendam amarah yang harus tunduk dengan kesabarannya.
“Kala fajar masih enggan mengintip dunia, embun-embun tuhan masih basahi dedaunan dan aroma tanah yang masih menyeruak hidung, Saat itu qobil yang masih memendam api amarah yang tak kunjung padam, dengan tangan yang menggenggam batu, sedangkan semuanya terlelap begitupun habil.”
Akhirnya selebrasi kedengkian oleh sabda setan digambarkan qobil dengan mencabut nyawa habil. “musnah lah kau pengingkar takdir tuhan”. Terus memukul sampai datang hempasan nafas terakhir habil di dunia. Dan akhirnya setan pun merayakannya akan berhasilnya penyesatan yang mereka lakukan untuk ke-dua kalinya bagi umat manusia. Dan untuk yang pertama kalinya setan membayar janjinya pada tuhan untuk penyesatan dan pemberian rute jelas ke kerajaan neraka mereka. Setan berpesta pora pagi itu dengan disambut sinar matahari yang mengintip awal kehidupan manusia bumi yang tertoreh dendam, arogansi, darah, dan perusakan.
“mengangkat gelas dan bersulang para setan berteriak”.
 “ wahai manusia! kami temanmu, kemarilah! peluk kami hangat dan jabat erat tangan ini sebagai simbol persaudaraan kita serta tinggal-lah kelak kalian di kerajaan NERAKA kami yang mengerikan.”


#KONKLUST & REPRESENTASI#
Satu legenda telah terbentang untuk refleksi diri sejati yang tak abadi. Rupa-rupa serta wajah berserakan seakan mengubur esensi, entah lawan atau kawan, entah konsisten atau tak beraturan, entah benar atau salah yang penting aplikatif dengan tingkat kesadaran kadar terendah.
Perang setan belum usai dengan penebaran manifesto kegelapan. Tangan terkepal dan hamparkan rasa malu ketika terekam lelaku busuk untuk dinamika dunia yang fana. Semoga ada dan berada mainseat itu, ketika utophia tentang wacana ini adalah regenerasi tingkat kesadaran tentang siapa setan (666) dan tuhan.
Akar bala, secara etimologi berasal dari dua kata yakni akar yang menjadi arti sumber atau asal muasal, dan bala (bala’) yang menyimpulkan makna mala petaka.
Adapun simbol cover yang dipergunakan secara semiotik menyiratkan beberapa makna subyektif; Gambar setan melambangkan lakon utama, dan interpretasi sosok yang harus sanksi (dipersalah) serta mengemban sisi negatif. Gambar pentagram memberikan makna agama yang empunyai lima (5) sudut penopang. Dan manusia tersalib mengiaskan saat satu kekalahan dan kesalahan terjadi ketika menghadapi musuh besar (setan), maka akan berakibat fatal.